Kamis, 23 Mei 2013

Rudik Setiawan, Raja Tahu Organik



Membuat sesuatu yang berbeda  dilakukan oleh entrepreneur muda asal Malang ini. Ia membuat penganan tahu berbahan  kedelai organik. Hasilnya, rasa tahu lebih enak, tidak sangit, tidak masam dan juga  lebih sehat karena tidak menggunakan bahan pengawet. Dari  usahanya, Rudik kini mampu menangguk  omzet hingga Rp 150 juta per bulan.

PRODUK TAHU PELANGI (nama mereknya) milik Rudik diuntungkan oleh gencarnya kampanye hidup sehat, terutama terkait anjuran mengonsumsi  produk makanan yang tidak menggunakan bahan pengawet. “Ternyata setelah saya masuki pasar ini peluangnya terbuka lebar,” papar Rudik yang menamakan usahanya industi tahu RDS (nama RDS merupakan singkatan dari nama ketiga anaknya, Rasendria El Furqonia, Dzufairo El Kamila dan  Muhammad Sirhan Syahzani)
Dengan label organik tersebut Rudik bisa menjual tahunya dengan harga lebih mahal. Jika tahu non organik dijual Rp 1.400/pcs, harga tahu organik miliknya dapat dijual Rp 3.000/pcs untuk kualitas biasa (berlabel Pelangi warna merah). Sedangkan untuk kualitas lebih tinggi (berlabel pelangi warna hijau) jika dijual di pasar swalayan harganya bisa menjadi Rp. 6.000/pcs. Meski harganya lebih mahal, ucap Rudik, tetap saja tahu RDS diburu oleh para ibu-ibu kelas menengah ke atas yang peduli akan hidup sehat. 
Dengan harga jual yang tinggi, ia tidak khawatir bila suatu saat harga kedelai naik. Seperti waktu kemarin harga kedelai  melonjak dari Rp 3.500/kg menjadi Rp 8.000/kg, usaha Rudik tetap bsia berproduksi. Karena semua biaya produksi (overhead) masih bisa tertutupi serta masih bisa mendapatkan margin. Bahan baku kedelai sendiri didapat Rudik dari para petani kedelai organik bersertifikat yang berada di daerah Jawa Timur.

Modal Hasil Pinjaman
Jiwa wirausaha Rudik muncul sejak usia dini saat ia masih duduk dibangku SMA kelas 3 di tahun 2001. Berawal saat lahan samping rumahnya disewa seorang pengusaha untuk dijadikan pabrik tahu. Rudik kemudian ikut menginvestasikan modalnya ke usaha tahu tersebut. Investasi pertamanya sebesar Rp 25 juta didapat dari hasil pinjaman dari tetangga. Di tahun 2003, usaha tahu tersebut sempat bangkrut, karena pemiliknya lari dari tanggung jawab dengan membawa serta seluruh modal usahanya.  Jadilah kemudian Rudik sendiri yang harus menyelesaikan seluruh kewajiban yang tersisa.
Namun Rudik tetap bertahan. Dengan kegigihannya, ia berhasil mengumpulkan uang kembali dari hasil menjual ampas tahu dan tanah milik orang tuanya untuk menyelesaikan kewajiban tersebut. Tepat 29 Mei 2004, Rudik mengganti nama usahanya menjadi Industri Tahu RDS. Bermodal Rp 15 juta dari sisa hasil menjual tanah, ia berusaha untuk mandiri. Cobaan pun ternyata belum selesai, pengusaha lain malah mempengaruhi anak buahnya untuk keluar dengan iming-iming jika keluar akan diberi uang saku cukup banyak. Jadilah Rudik ditinggalkan 6 orang karyawannya saat usahanya baru berjalan selama satu bulan.
Rudik tak patah semangat, usaha tahunya tetap ia jalankan. Ia memanfaatkan anak muda yang banyak menganggur di desanya, Klampok, Singosari, Malang. “Saya cari orang baru yang benar-benar tidak tahu tentang dunia tahu, disitulah mereka saya didik mulai dari nol,” papar alumnus jurusan Matematika, Universitas Brawijaya, Malang ini.

Berkembang Bersama Mandiri
Usaha Rudik makin berkembang. Ia langsung mengejar segmen produknya ke arah golongan menengah ke atas. Ini karena mereka sudah menyadari pentingnya makanan yang sehat. Rudik juga merangkul PNS (pegawai negeri sipil), terutama pegawai kelurahan dan kecamatan, untuk memasarkan produknya. Karena dari mereka para wisatawan yang berkunjung ke Singosari, Malang, diarahkan untuk membeli oleh-oleh khas Singosari yaitu tahu organik RDS. Secara tak langsung, besarnya bisnis tahu RDS berasal dari promosi mulut ke mulut.
Usaha  tahu Rudik mengalami perkembangan pesat setelah meraih juara II Wirausaha Muda Mandiri (WMM) tahun 2009 kategori Mahasiswa Pascasarjana & Alumni bidang usaha industri dan jasa. Omzet usahanya pun naik 3 kali lipat dari sebelumnya. Kalau dulu per bulan hanya meraup omzet Rp 50 juta, saat ini omzetnya sudah mencapai Rp 150 juta dengan kapasitas produksi 2.000-2.500 unit tahu per harinya. Tak hanya tahu, limbah padat pembuatan tahu (ampas kedelai) ia gunakan untuk membuat pakan ternak, tempe gembos, kecap, tepung ampas, dan kue. Sedangkan limbah cairnya (asam kedelai atau whey) diolah untuk pengasaman sari kedelai pada proses pembuatan tahu, minuman untuk ternak sapi, cuka masak, nata de soya, pupuk cair dan biogas dengan kapasistas produksi 7.000 liter per hari.
Diakui oleh Rudik, setelah ia menang di kegiatan WMM pembinaan dan pelatihan yang diberikan oleh Bank Mandiri memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan usahanya. “Tidak hanya pembinaan dan pelatihan wirausaha yang saya dapatkan tapi juga pelatihan customer experience dan pendampingan berwirausaha. Selama mengikuti pendampingan berwirausaha selama 1 tahun saya tidak dipungut biaya sama sekali, yang kalau diuangkan kira-kira sekitar Rp 50 jutaan,” ucap Rudik yang menyelesaikan pendidikan S-2 nya di Universitas Muhammadiyah, Malang. Selain itu, Bank Mandiri juga membantu promosi usahanya. Seperti lewat radio, koran, majalah dan TV. Rudik juga disertakan dalam berbagai macam pameran yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri. Bahkan ia sempat dikirim ke China untuk studi banding tentang asal muasal tahu.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.


Kiat Sukses
  • Bisa membaca peluang dan menentukan segmen pasar yang dituju. Kesadaran orang untuk hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan organik dijadikan sebagai peluang usaha yang menjanjikan.
  • Percaya diri dan tetap bertahan serta yakin pada apa yang kita jalankan.
  • Modal terbesar dalam usaha bukan uang, tapi jaringan pasar dan kepercayaan orang.
  • Mencari nilai tambah dari usaha yang dilakukan.

Kekhasan Tahu Organik RDS

Sekilas tak ada perbedaan antara tahu Pelangi buatan RDS dengan produk lainnya. Yang jelas kualitas tahu RDS lebih unggul karena berbahan baku kedelai organik pilihan, tanpa bahan pengawet, enak,  higienis, praktis, tidak sangit, cocok untuk bahan tahu campur, tahu isi, tahu bumbu, tahu petis dan bebas formalin. Kelebihan lainnya adalah aroma kedelainya terasa, tidak kecut (masam), berkadar air rendah atau lebih kering, dan kenyal. Kekenyalan ini bukan karena bahan pengawet namun proses pengolahan dan bahan bakunya yang berkualitas.

Strategi Pemasaran

Dalam pandangannya strategi pemasaran produk di pasaran harus memperhatikan basis pasar tradisional.  “Untuk Pelangi merah (tahu biasa) kita produksi sebanyak 80% dengan keuntungan 20%, sedangkan pasar elite (Pelangi hijau untuk pasar swalayan) 20% dengan keuntungan 80%, jumlah produksi tahu pelangi hijau (elite) hanya 20% karena pasar ini rentan terhadap krisis,” terangnya.  Menurutnya, jika ada 5 orang pelanggan, dimana 4 orang memberi keuntungan sedangkan yang satu orang impas, maka satu orang ini harus tetap di pertahankan karena bisa  menutup biaya produksi harian (overhead). 

BIODATA
Nama : Rudik Setiawan, S.Si, M.Agr
Tempat Tanggal Lahir : Malang, 04 Oktober 1984
Pendidikan : S1 Matematika, Universitas Brawijaya, Malang (2008) S2 Agribisnis, Universitas Muhammadiyah, Malang 2011)
Jabatan  : Owner Industri Tahu RDS
Email/blog : mas_rudik@yahoo.com/itrds.blogspot.com

Prestasi Penghargaan
  • Nominator Asean Innovation Award 2011
  • Pemuda Pelopor Kewirausahaan 2011 dari Kementrian Pemuda dan Olahraga RI 
  • Juara I Lomba Inovasi Bisnis Pemuda 2010 dari Kementrian Pemuda dan Olahraga RI 
  • Finalis Comunity Entreprise Chalange 2010 dari British Council 
  • Juara II Wirausaha Muda Mandiri 2009 tingkat Nasional dari Bank Mandiri 
  • Juara II Dji Sam Soe Young Entrepreneur Award 2005 dari PT. HM Sampoerna

 

Memulai Usaha dengan Modal Kecil

Mewujudkan gagasan bisnis Setelah mendapatkan gagasan bisnis dan sebelum memulai bisnis, lakukan langkah sebagai berikut:

1. Lakukan pengamatan dan pendalaman mengenai seluk-beluk bisnis tersebut.
Sebelum mewujudkan gagasan bisnis, pelajari seluk-beluk bisnis tersebut, baik atau tidak? Bagaimana proses produksinya secara efisien? Dari mana kita membeli bahan bakunya? Siapa calon konsumen atau karakteristik pelanggan? Di mana kita akan memasarkan dan menjualnya? Bagaimana pola pemasaran dan penjualannya? Cara terbaik adalah mengamati pengusaha sukses yang bergerak di bidang yang sama. Bila bisnis kita benar-benar baru, paling tidak pelajari bagaimana para pengusaha yang sukses menjalankan bisnis mereka. Terakhir, kenali juga risikonya. Siapkah mental kita dengan risiko tersebut? Salah satu ciri calon pengusaha sukses adalah berani mengambil risiko sepanjang risiko itu sudah diperhitungkan. Berani mengambil risiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia usaha.

2. Tes pasar.
Lakukan uji coba dengan cara tes pasar. Manfaat uji coba pasar adalah untuk mendapatkan umpan balik terhadap calon konsumen mengenai produk yang kita tawarkan. Misalnya kita membuat kue, sebelum dijual cobalah berikan secara gratis kepada tetangga dan lingkungan sekitar. Tentunya dalam jumlah yang terbatas yang sesuai dengan kemampuan kita. Mintalah pendapat dari tetangga atau lingkungan sekitar mengenai produk yang kita buat tersebut, enakkah, kurang manis atau bentuknya kurang menarik? Jadikan kritikan dan saran sebagai masukan berharga untuk melakukan perbaikan sedikit demi sedikit, sehingga produk kita benar-benar siap diluncurkan dengan skala yang lebih besar.

3. Susunlah rencana usaha.
Perencanaan ini bisa mencakup antara lain penetapan nama produk, packaging produk, proses produksi, jalur distribusi yang dipilih, modal tambahan yang diperlukan, orang-orang yang akan diajak bekerja sama, baik sebagai penanam modal, pegawai, ataupun penyalur produk. Juga pikirkan strategi pemasaran yang akan dijalankan misalnya dengan selebaran, brosur, katalog, melalui website, mailling list, atau iklan di media, organisasi sosial, dsb. Umumnya, dalam usaha kecil, lokasi usaha atau tempat pemasaran/outlet yang strategis menjadi salah satu kunci sukses usaha. Perlu kejelian dan keberanian tersendiri bagaimana mendapatkan tempat pemasaran yang strategis dengan modal terbatas. Cara paling mudah adalah bekerja sama dengan pemilik tempat melalui sistem bagi hasil atau bagi keuntungan.

4. Mulailah saat ini.
Sebuah gagasan bisnis akan tetap menjadi sebuah gagasan jika tidak ada tindakan untuk mewujudkannya. Dengan memulainya, kita bisa mendapatkan pengalaman dan pelajaran berharga yang bisa digunakan memperbaiki usaha secara sistematis. Jika mental telah siap, mulailah dari saat ini walau mungkin kita masih memiliki beberapa keterbatasan dan kendala yang ada.

5. Hadapi dan atasi hambatan atau kegagalan.
Berdasarkan pengalaman, mungkin tidak ada seorang pun wiraswasta yang berhasil tidak mengalami hambatan atau bahkan kegagalan dalam perjalanan bisnis mereka. Sebaiknya kita memiliki sikap positif, apa yang terjadi adalah yang terbaik buat kita. Mengapa? Karena, itu adalah janji Tuhan. Hambatan dan kegagalan merupakan sebuah pelajaran yang harus kita ambil hikmahnya. Tanpa kita sadari itu akan menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita dalam berwirausaha. Setiap usaha selalu akan mempunyai risiko dan bila itu sampai terjadi, bersiaplah, dan hadapilah dengan kepala dingin.



Jenis usaha yang cocok bagi pemodal kecil atau bahkan tanpa modal adalah:

1. Memasarkan produk atau jasa orang lain. Sebaiknya produk atau jasa yang banyak dibutuhkan orang atau produk spesifik yang langka namun sesungguhnya terdapat pasar yang cukup luas.

2. Bisnis makanan dan minuman seperti kue, roti, es juice, bakso, mi ayam, dan lain sebagainya bisa dicoba.

3. Bisnis kerajinan seperti barang suvenir, pernik-pernik kebutuhan rumah tangga, dan lain-lain

4. Jasa seperti potong rambut, usaha jahit, obras, konsultan, pengurusan surat-surat.


Jangan berkecil hati jika memulai bisnis dengan modal kecil atau bahkan tanpa modal. Selalu ada jalan lain menuju Roma, begitu kata sebuah pepatah. Sepanjang kita mau berusaha, dengan izin Tuhan, yakinlah bahwa usaha kita akan menjadi kenyataan


Kesalahan Utama Memulai Bisnis


“Mengapa ketika memulai bisnis seringkali dihadapkan pada banyak kendala, bahkan tidak sedikit yang gagal?”… ini adalah pertanyaan klasik yang kerap dilontarkan oleh entrepreneur. Pertanyaan ini juga biasanya menciutkan nyali para entrepreneur lain (pemula) yang akan mengawali ativitas bisnis.

Dari penelitian dan pengamatan yang saya lakukan, setidaknya ada enam kesalahan utama dalam memulai bisnis.

TIDAK MEMILIKI BUSINESS PLAN
Ibarat perahu berlayar tanpa tujuan, tidak memperhitungkan kapasitas angkut, dan tidak mempersiapkan keperluan pelayaran, maka seperti itulah entrepreneur tanpa Business Plan. Fungsi utama Business Plan adalah sebagai pedoman dalam menjalankan aktivitas bisnis. Pedoman ini meliputi gambaran umum situasi bisnis, organisasi, core competency, tujuan – tujuan yang ingin dicapai, dan sejumlah rencana strategis maupun taktis beserta sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, Business Plan harus disusun secara komprehensif. Banyak entrepreneur yang menyusun Business Plan hanya untuk menarik minat investor atau meminjam modal semata, sementara saat menjalankan bisnis praktis Business Plan tidak digunakan lagi.

TERLALU OPTIMIS / PESIMIS
Adakalanya entrepreneur terlalu optimis memandang peluang usaha. Saking optimisnya, sampai – sampai lupa memperhitungkan resiko dan kendala yang akan dihadapi. Ketika resiko datang menghadang, mereka tidak punya strategi untuk mengantisipasinya, dan bisnis yang baru dimulaipun akhirnya berantakan. Tapi ada juga entrepreneur yang malah terlalu pesimis menilai peluang usaha. Biasanya hal ini disebabkan oleh faktor hitung – hitungan bisnis yang terlalu rigid, dan keengganan mengambil resiko sedikitpun. Sikap terlalu pesimis bisa menyebabkan entrepreneur tidak berani mulai, dan cepat putus asa bila menghadapi kegagalan.

“I AM THE COMPANY”
Dalam memulai bisnis, sebaiknya entrepreneur mempunyai partner. Partner ini dapat berperan sebagai investor atau sebatas ikut mengelola (managing partner). Dengan
adanya partner, setidaknya entrepreneur dapat berbagi peran dan tugas atau berdiskusi ketika harus mengambil keputusan strategis. Kesalahan entrepreneur yang fatal adalah berusaha mengerjakan segalanya sendiri, mulai dari menyusun Business Plan, mencari pinjaman modal, sampai menangani masalah pemasaran dan keuangan, atau yang lebih dikenal dengan istilah “I am the Company”. Memilih partner bisnis juga jangan asal – asalan, pilihlah partner yang memiliki ketertarikan pada kegiatan bisnis yang akan atau sedang digeluti. Dan yang paling penting, partner juga harus menjadi kekuatan penyeimbang. Kalau seorang entrepreneur memiliki kekuatan dalam hal operasional, maka pilih partner yang memiliki kekuatan manajerial. Khusus dalam hal memilih partner investor, pilihlah investor aktif yang bersedia memberi masukan – masukan berarti untuk pengembangan bisnis. Walaupun share nya agak besar tetapi peran dan tanggungjawabnya pun sepadan.

BERORIENTASI PADA UANG
Berbisnis tidak semata – mata untuk uang, dan tidak perlu dimulai dengan modal uang. Modal terbesar yang harus dimiliki oleh entrepreneur adalah Niat dan Kerja keras, yang berorientasi pada proses bukan hasil. Sering kita temui entrepreneur yang justru mengalami kesulitan setelah memperoleh pinjaman dana, bahkan ada yang rugi besar – besaran karena kemampuanya mengelola keuangan tidak teruji. Bisnis adalah sebuah “Masterpiece” yang tak ternilai, maka dari itu jangan coba – coba menghargainya hanya dengan uang.

SALAH MENGARTIKAN KEBEBASAN
Salah satu alasan mengapa seseorang menjadi entrepreneur adalah memiliki kebebasan, terutama kebebasan waktu dan kebebasan finansial. Bebas yang dimaksud berarti kita memiliki hak yang disertai kemampuan untuk mengelola waktu dan juga finansial. Kebebasan tersebut kerap disalah artikan dan tidak dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mencapai kinerja professional. Walhasil, kegagalanlah yang diperoleh kemudian.

MELIHAT KEATAS, BUKAN KEDEPAN
Kesalahan terakhir yang biasa dilakukan entrepreneur adalah terlalu banyak melihat keatas, alias terlalu banyak melihat figur – figur pengusaha sukses yang bergelimang kemewahan. Sementara Visi dan Misi bisnis yang berada didepan mata terabaikan. Dengan sikap seperti ini, tidak jarang entrepreneur malah menjadi plagiat yang mengcopy habis – habisan teknik dan style pengusaha sukses dalam menjalankan bisnis. Padahal teknik atau style tersebut belum tentu sesuai dengan visi, misi, dan tujuan yang ingin dicapai entrepreneur. Bahkan, mungkin tidak sesuai dengan kondisi si entrepreneur itu sendiri. Apalah artinya bisnis bila dikelola dengan basis kesuksesan
orang lain, bukan berbasis kompetensi sendiri. Yang lebih parah lagi kalau entrepreneur pemula meniru gaya hidup pengusaha sukses, padahal skala dan omzet bisnisnya belum seberapa. Sesekali bolehlah kita melihat keatas untuk memotivasi diri dan memetik hikmah, bukan untuk menduplikasi.

Nah, semoga hasil observasi kecil – kecilan ini bisa menjadi jawaban atas pertanyaan yang tercantum di awal tulisan. Sekaligus memberikan inspirasi bagi para entrepreneur (khususnya pemula) agar lebih smart dalam memulai kegiatan bisnis.

WARALABA ( FRANCHISE)

Pagi ini saya dengan tidak sengaja membuka secara acak halaman salah satu tabloid dan majalah waralaba, sebenarnya tidak ada hal khusus atau istimewa dari majalah ini, isinya bersifat umum dan seperti majalah bisnis,waralaba lainya. Tetapi mata saya tertuju pada paragraf pertama tabloid ini yang kata-katanya cukup "keras"dan menusuk pada orang yang masih bersetatus karyawan." Anda ingin kaya, jangan hanya jadi pegawai,melainkan jadilah pengusaha"....mm saya jadi ingat judul buku yang lain yang judulnya kontradiktif yaitu " Siapa bilang jadi karyawan tidak bisa kaya" ?.... nah loh?..

Jadi mana yang benar kalau gitu?

Ternyata setelah dibaca isinya dua-duanya memiliki visi dan misi yang sama, ujung-ujungnya mengajak berwirausaha, yang sekarang jadi pegawai/karyawan bisa kaya juga seperti pengusaha, caranya katanya lakukan smart businness seperti menurut pak masbukin, selama menjadi pegawai sudah mulai merintis usaha,gunkakan network yang sekarang dia punyai,pengalaman,keahlian dan modal dari gajinya dengan catatan jangan sampai mengganggu kerja dan kewajiban anda sebagai karyawan pada intansi,swasta atau pemerintahan.

Salah satu jalan pintas masuk ke dunia bisnis atau wirausaha, khususnya bagi mereka yang belum pernah memiliki dan mengelola usaha sendiri adalah waralaba. Lewat sistim waralaba atau Franchise ini , pembeli waralaba (Terwaralaba) tidak perlu memulai usahanya dari nol juga tidak perlu memiliki keahlian khusus untuk menekuni bisnis yang sangat spesifik sekalipun. Sebab dia tinggal mengcopy nama,produk,sistem oprasional dan manajemen perusahaan yang menawarkan waralaba( pewaralaba). Pewaralaba disini tentu haruslah perusahaan yang terbukti sukses di bisnisnya dan namanya pun sudah dikenal oleh masyarakat.

Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih secara bijaksana,waralaba mana yang paling pas untuk anda,ada beberapa hal yang perlu anda cermati, silahkan ikuti tip -tips dari pengalaman pelaku bisnis dan ahli dibidang FRANCHISE yang saya dapatkan dari majalah bisnis dan tabloid kontan.

Pertama : Pastikan pewaralaba sudah terbukti berhasil dibisnis yang mereka tawarkan (proven),salah satu cara untuk mengetahuinya mintalah data keuangan perusahaan tersebut. Anda pantas meragukan pewaralaba yang tak mau terbuka soal laporan keuangan ini.

Kedua: Cari tahu sudah berapa lama pewaralaba menekuni bisnisnya? Umumnya pewaralaba yang baik minimal sudah menekuni bisnis yang mereka tawarkan minimal 3 tahun.Dalam rentang waktu tersebut diharapkan perusahaan sudah memahami seluk bisnis dengan cukup baik.

Ketiga: Berapa banyak gerai atau prototipe usaha milik pewaralaba? pewralaba sudah memiliki minimal 3 gerai yang sudah terbukti berhasil.Sebaiknya gerai itu berada dilokasi berbeda namun dikelola dengan sistim serupa.

Keempat: Apakah produk atau jasa yang mereka jual memiliki pasar bagus? pilihlah produk dan jasa yang ada pada siklus pertumbuhan. Secara sederhana ini bisa kita lihat dari banyaknya orang yang datang ke gerai milik pewaralaba.

Kelima: Bagaimana paket kerjasamanya? waralaba seharusnya berupa business format franchising,dimana franchisor memberikan paket lengkap mulai merek produk,cara kerja,sistem,juga ada pelatihan dan pembinaan selanjutnya.Jadi dia bukan sistem jual putus, juga bukan peluang bisnis (business opportunity) yang ditawarkan oleh perusahaan yang baru berdiri.

Dalam paket kerjasama waralaba, Franchise fee,royalty fee,dan fee lainnya haruslah masuk akal.Idealnya dengan seluruh biaya-biaya itu,terwaralaba bisa balik modal (break even)pada pertengahan masa kerjasama. Sebagai patokan franchise fee yang ideal maksimal 15 % dari total proyeksi keuntungan selama 5 tahun.Misalnya proyeksi keuntungan si terwaralaba Rp 1 juta perbulan atau 60 juta selama 5 tahun. Maka franchise fee nya maksimal Rp. 9 juta.

Keenam: Apakah franchisor memiliki lembaga training yang baik? artinya lembaga training ini memang ada dan menjalankan aktifitasnya secara rutin bukannya baru ada jika ada terwaralaba.Selain pemilihan lokasi,training adalah kunci sukses bisnis waralaba, sebab disitu ada transfer pengetahuan,teknologi dan kemampuan yang menjadikan kekuatan waralaba.

Ketujuh: Bagaimana kualitas SDM si franchisor? hindarai waralaba yang manajemenya bersifat one man show dimana peran Owner terlalu besar, jika semua dilakukan oleh owner mulai dari menawarkan di pameran,melakukan follow-up di telpon hingga negoisasi ini pertanda ia tidak memiliki orang-orang berkualitas di lapisan manajemen.Dikemudian hari ini biasanya menjadi masalah.

Last but not least, cari tahu bagaimana karakter si owner waralaba? sikap san pola laku owner perusahan induk (franchisor) Misalnya jika owner menganut gaya hidup atau karakter tidak disukai pasar,seluruh gerai dalam jaringan waralabanya bisa dijauhi pembeli.

Semoga bermanfaat.....

pengembangan usaha bisnis tahu dan tempe


Usaha Pembuatan Tahu dan Tempe


Siapa yang tak kenal dengan bahan makanan Tahu dan Tempe. Kedua pengganti daging tersebut sudah sangat erat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Bukan hanya kelas bawah, tahu dan tempe juga sering menjadi pilihan menu bagi masyarakat ekonomi kelas mapan. Bagi masyarakat Indonesia, kurang lengkap rasanya, jika dalam sebulan tidak mencicipi menu lauk yang berbahan kacang kedelai tersebut. 
usaha produksi tempe
Menggeluti usaha pembuatan tempa atau tahu di Indoneisa memang tak pernah mati. Walaupun untung yang diperoleh tidak besar, tapi bisa dikatakan usaha ini sangat stabil, meskipun ekonomi global sedang kacau, asalkan bahan baku tetap tersedia. Usaha produksi tempa dan tahu di Indonesia masih menggunakan alat-alat konvensional yang tradisional, meskipun beberapa produsen telah mulai meningkatkan beberapa alat yang lebih modern.

Proses Pembuatan Tahu
Alat-alat : timbangan, alat menjemur, bak perendam, pengiling kedelai, bak penampung, alat perebus, bak penggumpalan protein, bak penyimpanan cairan bekas, kain saring, cetakan tahu, alat pres (mengeluarkan air dari bubur tahu), alat pemanas (kompor), alat penghalus (blender), dan wajan untuk mengaduk, serta mesin pengupas kedelai.
Cara membuat tahu : memilih kedelai yang bagus; mencuci dan merendam kedelai sekitar 6 jam; mengupas dan memecah kedelai dengan mesin pengupas; menggiling kedelai hingga halus dan berair; mengalirkan air susu kedelai ke dalam bak penampungan; merebus susu kedelai hingga mendidih dan menjadi bubur; bubur dipindahkan ke bak penggumpalan protein; melakukan penyaringan terhadap bubur kedelai dengan menggunakan kain kasar untuk mendapatkan sari-sari kedelai; limbah hasil penyaringan dialirkan ke bak penampungan; air sari kedelai digumpalkan dengan  menggunakan asam cuka; setelah menggumpal tahu dipres-dicetak; dan tahu siap dipasarkan.
Proses Pembuatan Tempe
Alat-alat : wadah (baskom), saringan, dandang, kipas angin, sendok kayu, tampah, kompor, dan beberapa alat tambahan lainnya.
Cara membuat tempe : memilih kedelai yang bagus; mencuci lalu merendam kedelai dengan air biasa sekitar 12 – 18 jam; mengupas kulit kedelai yang sudah lunak; merebus biji kedelai hingga empuk; mendinginkan biji kedelai yang telah direbus dengan kipas angin; mencampur dengan ragi tempe Rhizopus sp (1-2 gr ragi untuk 2 kg kedelai); memasukkan adonan kedelai ke dalam plastik cetakan (diberi lubang kecil untuk sirkulasi jamur); menyimpannya selama 1-2 hari hingga jamur telah tumbuh di semua bijih kedelai; tempe siap dipasarkan.

Demikian sekilas tentang UKM pembuatan tempe dan tahu. Resiko dari usaha ini adalah keterbatasan bahan baku, karena selama ini jumlah produksi kedelai dari petani dalam negeri tidak mencukupi permintaan. Selain itu hasil produksi ini tidak bisa bertahan lama (2-3 hari), sehingga jika tidak laku mereka menjualnya untuk bahan pakan ternak atau mengolahnya kembali menjadi keripik.